Mengantongi hampir 100 juta dolar dari bujetnya yang hanya 1 jutaan dolar, tak dipungkiri lagi jika sekuel “Insidious” yang diberi embel-embel Chapter 2
punya misi lain selain menghadirkan horor yang lebih seram,
ujung-ujungnya mencari untung lebih banyak lagi—sambil menyelam minum
air sebanyak-banyaknya, ya namanya juga Hollywood. Terlepas dari didompleng proyek aji mumpung, ketika masih menjanjikan keuntungan besar kenapa harus di-stop,
saya tak akan ambil pusing selama “mereka” membiarkan James
Wan
melakukan semaunya dia, tidak mengurung proses kreativitasnya dalam
meracik film horornya. Saya sebetulnya orang yang tidak terlalu berharap
apa-apa dengan yang namanya sekuel, karena kebanyakan sekuel biasanya
hanya akan melebih-lebihkan aspek tertentu dalam film, tanpa berniat mengeksplor ceritanya lebih dalam, khususnya untuk genre
horor. Seri “SAW” misalnya, yang film pertamanya juga disutradarai oleh
James, sekuel-sekuelnya tak lebih dari menjual adegan-adegan sadisnya
saja, walaupun diakui saya tetap menonton seri-serinya hanya karena
ingin melihat orang-orang dipotong-potong, kesadisan apalagi yang akan
ditawarkan. “SAW” menurut saya beruntung masih memiliki Leigh Whannell
di tiga seri awalnya, selain hadirkan kesadisan, menurut saya penulis
yang kadang juga nyambi jadi aktor ini tetaplah bisa
menghadirkan cerita yang masih menarik. Berbekal itu, saya percaya Leigh
bisa membuat “Insidious Chapter 2” tak saja asyik dengan penampakan dan
jump scares, tapi juga membuat saya peduli dengan racikan ceritanya.
Seram atau tidak seram itu relatif, seperti yang saya singgung di “The Conjuring”,
film yang menurut saya seram belum tentu seram buat orang lain. Untuk
horor, saya tetap punya standart seperti apa film horor yang bagus, tapi
sebisa mungkin akan berusaha ikut apa maunya film dahulu tanpa ingin
jadi sok pintar menebak-nebak twist-nya sampai pusing sendiri
dan sok berani sambil mengomentari tiap ada penampakan. Pada dasarnya
saya itu penakut, tapi selalu suka ditantangin, mungkin karena itulah
saya mencintai horor, karena sambil ditakuti-takuti oleh bermacam hantu
yang nongol, saya juga merasa tertantang, adrenalin ini seperti terus
berbisik “takuti saya, takuti saya”. Untuk menikmati film horor, saya
akan menjadi orang yang paling penakut, berusaha beradaptasi dengan
filmnya, selalu menempatkan diri saya ada dalam situasi yang sama dengan
karakter-karakter dalam film yang saya tonton. Begitupula ketika saya
memutuskan untuk nonton “Insidious Chapter 2”, saya kembali menjadi
bocah yang selalu takut tidur dalam keadaan lampu mati, bocah yang
selalu membayangkan ada tangan-tangan nakal yang tiba-tiba muncul dari
kolong kasur. Seperti juga ketakutan saya yang hanya ada di kepala saja,
film-film horor yang biasanya mujarab bikin saya lompat dari kursi
adalah film yang tanpa ada penampakan pun sudah mampu membuat saya
membayang-bayangi yang seram-seram duluan. Metode itulah yang ditawarkan
oleh James Wan dan horor-horornya, pakem yang biasanya ada di film-film
horor Asia, termasuk beberapa film horor Indonesia, “Pocong 2” misalnya.
“Insidious Chapter 2” memulai cerita
tidak lama setelah kejadian di film pertama, dimana Josh dan keluarga
akhirnya bisa hidup tenang setelah mengalami banyak “gangguan”. Tinggal
sementara di rumah Lorraine (Barbara Hershey), yang tidak lain adalah
Ibunya Josh, harapan untuk hidup normal kembali terusik ketika ada
sesuatu yang jahat menghantui keluarga Josh. Kali ini James tidak akan
lagi bawa penonton untuk mengulang tahapan-tahapan horor yang ada di
“Insidious”, tapi langsung menggeber filmnya tanpa ampun sejak awal.
Bunyi-bunyian misterius dan benda-benda bergerak sendiri tetap
dimasukkan, tapi porsinya sebentar saja sebagai pemanasan, sebelum film
ini kemudian tanpa basa-basi memacu jantung berdetak tak karuan dan tak
sedikitpun mengijinkan kita untuk bernafas lega. Ya pola yang ditawarkan
James Wan di sekuelnya memang terkesan terburu-buru, kita seperti
diseret untuk berlari bersama alurnya yang memang kejar-kejaran.
Hasilnya tentu saja melelahkan dibanding film pertama, belum lagi
penampakan yang tiba-tiba muncul tanpa diminta. Sambil ngos-ngosan
mengikuti jalan cerita, James Wan tetap se-brengsek yang saya harapkan,
dia mampu menaruh macam-macam penampakan dan jump scares pada
waktu yang tepat, hasilnya daya kejut dengan level maksimal. Apa yang
saya sukai dari James Wan adalah trik kejutan yang disiapkannya tidak
untuk membodohi penonton, dan mampu menggiring penonton untuk masuk
tanpa sadar dalam “jebakan” yang sudah disiapkan. Well, untuk
urusan menakut-nakuti apa yang dilakukan James Wan memang sudahlah
sepantasnya di-anjing-anjingin. Mulut ini sampai berbusa karena terlalu
banyak menyumpah-serapahi “Insidious Chapter 2” yang memang kurang ajar.
Biarkan James Wan asyik dengan
setan-setannya, karena Leigh Whannell sekali lagi melakukan keahliannya
dalam meramu cerita, mengeksplor dunia Insidious lebih jauh ke dalam, ke
bagian paling gelap yang kita tak pernah ketahui ada. Yah celah-celah
sempit yang dihiraukan dan aspek-aspek kecil yang terlewati, justru jadi
bahan eksplorasi Leigh untuk mengembangkan cerita. Jadi terkesan
“diada-adain” dan terlalu banyak penjelasan memang, tapi saya mencoba
menerima apa yang ingin diceritakan oleh “Insidious Chapter 2”, karena
semata-mata apa yang sudah dipresentasikan James dan Leigh di film
memang tetap dibuat asyik. Film ini tidak dibuat-buat untuk sok ribet
dan pintar, tapi cerita dibangun untuk jadi asupan yang bergizi
mendampingi porsi horornya yang lezat. Kepercayaan saya ternyata tidak
disia-siakan oleh Leigh Whannell, seperti yang sudah dia lakukan pada
seri “SAW”, dia sanggup mengotak-ngatik cerita untuk pada akhirnya saya
respon dengan “ngehe banget”. Jadi selagi saya asyik ditakut-takuti,
ceritanya tak kalah asyik dinikmati, walau sekali lagi apa yang
dilakukan Leigh Whannell agak merusak tatanan dunia “The Further” yang
saya bayangkan di film pertama. Oke itu gangguan yang saya bisa
hiraukan, karena “Insidious Chapter 2” toh memiliki kelebihan lain
selain caranya menakuti-nakuti, seram saja bukan jadi acuan saya untuk
bilang sebuah film horor bagus, tapi bagaimana film horor itu dikemas.
Di “Insidious Chapter 2”, lokasi, tata kamera dan musik lagi-lagi yang
membuat film James Wan menjadi lebih istimewa, sebuah paket yang
benar-benar disiapkan dengan matang untuk satu tujuan: MENAKUTI! dan
paket itu berhasil. Terakhir, film juga tidak melupakan
karakter-karakternya, treatment film ini kepada Josh dan
sekeluarga sukses membuat saya peduli pada mereka. “Insidious Chapter 2”
sekali lagi adalah sebuah paket horor yang sangat menyenangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar